Inginnya menulis
note panjang tentang ini, tapi saya sedang tidak pandai merangkai kata. Jadi,
semoga catatan sederhana ini tidak menyalahi perintah Allah agar menyeru
kebaikan dengan cara yang bijak.
Saya tidak tahu
harus memulai dengan analogi apa sehingga pesan ini dapat tersampaikan dengan
baik. Hanya ingin mengingatkan untuk kawan-kawan semua yang saya hormati,
khususnya bagi yang sudah menikah. Setidaknya, ada dua hal asasi yang harus dan
seyogianya kita perhatikan :
1. Menjaga
pandangan.
Dengan menikah, bukan
berarti kita aman dari godaan hawa nafsu lawan jenis, namun justru godaan itu
akan lebih besar ketika sudah menikah. Kawan semua tentu ingat, bahwa hal yang
paling membuat senang Syaithan adalah ketika mereka mampu memisahkan antara
pasangan suami dan istri. Kaitannya dengan facebook, saya merasa sedikit miris
hati ketika melihat mereka yang sudah menikah justru memperlihatkan -maaf-
foto2 pribadi mereka dengan close up. Wajah tampan, cantik, apalagi foto nikah
yang memang sangat terlihat different.
Kawan, apakah
kita tidak merasa risih atau cemburu jika ada orang lain yang membicarakan
ketampanan/kecantikan pasangan kita masing2? Harunsya kita mampu menjaga mereka
hanya untuk kita. Berhias diri memang disunnahkan, namun hanya untuk tampil
didepan pasangan kita, bukan untuk didisplay di public room seperti fb. Dimana
'athifiyyah (sensitivity) kita ketika kita justru bangga melihat
kecantikan/ketampanan pasangan kita dipuji banyak orang lain? Bukankah
seharusnya kita cemburu? Bukankah justu 'iffah itu lebih penting untuk kita
pelihara setelah kita menikah?
2. Menjaga
perasaan bagi mereka yang belum menikah.
Menyatakan
ekpresi rasa kasih sayang apa yang kita rasakan terhadap pasangan kita adalah
wajar, justru dianjurkan oleh Islam. Tapi apakah harus dengan menampilkan semua
status, 'sedang menunggu suami pulang', atau menampilkan foto2 mesra kita
-sekali lagi- di public room seperti fb, sehingga orang akan menganggap bahwa
kita live in harmony, full of love and romance?
Kawan, tanpa
disadari atau tidak, jangan2 kitalah yang menyebabkan kawan2 kita sendiri,
(seislam, se-tarbiyah) menjadi pemuda-pemudi galau seperti yang sekarang
melanda. Muslim muda yang lebih mendominasikan dalam dirinya hal-hal berbau
galau ketimbang achieving d bright future. Jangan2, status2 romantisme kita
dengan pasangan kita, foto2 mesra kita, yang membuat kawan2 kita sendiri
mengkhayalkan hal-hal absurd tentang jodoh, atau bahkan wal'iyadzubillah,
menjerumuskan mereka ke dalam hubungan tidak 'layak'. Jangan2, kita sendiri
yang turut berkontibusi mencemplungkan mereka menjadi muda-mudi cengeng,
padahal dalam satu waktu kita mencibir perbuatan mereka.
Kawan,
percayalah, saya sangat tahu apa itu artinya rindu yang membuncah, keinginan
untuk terus bersama, dan hal-hal romantisme lainnya yang selalunya ingin kita
share terhadap pasangan kita ; Because i already apart for a year after only 1
month met my husband since my marriage. Bukan hanya dipisahkan oleh ratusan
kilometer, namun ribuan mil.
Jadi, mari
bersama kita jaga 'Iffah kita dengan hanya membagi romantisme itu di tempat
yang sepatutnya, selayaknya, dan sepantasnya; privately. Sesekali boleh saja,
asal dengan niatan agar tidak terjadi fitnah, lalu kita mengumumkan status
penikahan kita. Namun, Apakah kita merasa sangat perlu orang lain tahu bahwa
kita full of romance? Nope. toh, Allah selalunya tahu apa yang kita sembunyikan
dalam hati maupun yang kita utarakan. Mohon maaf jika ada kata-kata yang
menyinggung.
Wallahua'lam
bisshowab.
-al ustadzah
Maryam Qonitat-
1 komentar:
setuju sekali dengan artikelnya
Elever
Posting Komentar